Kurs Rupiah Tak Bertenaga, Adu Sentimen Mudik Lebaran Vs The Fed

Ilustrasi Kurs Rupiah Tak Bertenaga Adu Sentimen Mudik Lebaran Vs The Fed
Ilustrasi Kurs Rupiah Tak Bertenaga Adu Sentimen Mudik Lebaran Vs The Fed

Jakarta, Bharindo News – Pada saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) awal perdagangan perdana setelah libur Lebaran, Senin pagi ketimbang perdagangan sebelumnya diprediksi melemah terbatas berada di level Rp14.480 per USD. hal itu dikarenakan Federal Reserve telah menaikkan suku bunga mencapai 50 basis poin. Sejumlah risiko masih menghantui mata uang rupiah seperti dengan terjadinya perang Rusia dan Ukraina.

Mengutip dari Bloomberg, Senin, 9 Mei 2022, nilai tukar rupiah pada perdagangan perdana dibuka tertekan ke posisi Rp14.505 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah merankak di kisaran Rp14.501 hingga Rp14.530 per USD. Sementara itu menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.480 per USD.

Sementara itu, mata uang dolar memulai pekan ini pada Senin pagi dengan pijakan yang lumayan kuat. Hal itu ditopang oleh imbal hasil AS yang meningkat begitu tajam dengan kecenderungan para investor ke arah yang aman karena penguncian di China Tiongkok, perang di Ukraina, dan kecemasan terjadi tentang tingginya suku bunga di AS.

Ilustrasi Pertukaran Rupiah dengan Dolar

Dalam kurun waktu 22-bulan saat ini Greenback mencapai level tertinggi terhadap dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap pertumbuhan di awal perdagangan dan naik mencapai lebih dari 0,5 persen terhadap dolar Australia yang mencapai puncak tiga bulan karena pasar saham berjangka AS menurun hingga 1,0 persen.

Imbal hasil acuan obligasi Pemerintah AS dalam kurun waktu 10-tahun berdiri di level tertinggi sejak 2018 di kisaran 3,146 persen dan pada 130,73 yen per dolar melemah dari puncak baru dua dekade.
Mendekati level tertinggi

Dalam waktu lima tahun saat ini nilai tukar dolar mendekati level tertinggi pada euro, yang turun mencapai 0,2 persen menjadi 1,0529 dolar. Poundsterling berada tepat di bawah posisi terendah dua tahun yang dibuat pada pekan lalu setelah bank sentral Inggris (BoE) memperingatkan bahwa ekonomi Inggris mengalami kondisi kurang baik menghadapi resesi.

Baca Juga :  Serikat Pekerja Serikat Buruh Kabupaten Sukabumi ,Usulkan Kenaikan Upah Sebesar 15,384 Persen

“Dolar akan didukung oleh kinerja ekonomi AS yang lebih baik dan harga ekuitas yang lebih lemah. Meskipun terjadi kenaikan suku bunga yang material, kondisi keuangan tidak terlalu ketat di negara-negara ekonomi utama,” kata Ahli Strategi Commonwealth Bank of Australia Joe Capurso, di Sydney.

“Kebutuhan memperketat kondisi keuangan dan mengendalikan inflasi mendasari kasus untuk kenaikan (suku bunga) lebih lanjut yang signifikan,” pungkasnya.